Sabtu, 09 Desember 2017

PEMAKAIAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DUNIA DAN PERKEMBANGANNYA


PEMAKAIAN TEKNOLOGI INFORMASI DI DUNIA DAN PERKEMBANGANNYA




Pada saat sekarang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi itu semakin berkembang. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, sekarang kebanyakan orang yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang cukup besar bagi kehidupan manusia. Dampaknya yaitu dapat berupa dampak negatif dan dampak positiv.
Dan juga dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat mempermudah kita untuk belajar dan juga mempermudah kita untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja.
Menurut artikel yang pernah saya baca teknologi informasi dan komunikasi itu mulai berkembang pada abad ke-15 ketika mesin cetak ditemukan. Dengan ditemukannya mesin cetak terjadi perubahan dalam proses manusia berkomunikasi. Tetapi perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi ini terjadi ketika mulai digunakannya tenaga listrik.
Banyak penemuan baru yang menggunakan tenaga listrik untuk menjalankannya. Seprti contohnya  yaitu Telegrap yang ditemukan oleh Samuel FB. Morse pada tahun 1837, Telepon yang ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876, Ponograp yang ditemukan oleh Thomas Edison pada tahun 1877, radio yang ditemukan oleh Guglielmo pada tahun 1896, dan juga perkembangan televisi dan satelit komunikasi yang menandakan kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Dan juga penemuan baru yang menggunakan tenaga listrik lainnya yang masih digunakan sampai sekarang yaiitu Telepon, Radio, Televisi, dan Komputer. Komputer merupakan penemuan terbesar yaitu pada abad ke-20.
Perkembangan komputer semakin pesat ketika ditemukannya Ttransistor pada tahun 1947 oleh John Bardeen dan penemuan Mikroprosesor pada tahun 1971.
Pada saat ini komputer telah digunakan didalam berbagai bidang untuk mengontrol dari alat yang paling sederhana yaitu seperti telepon hingga sampai ke mesin yang paling rumit yaitu seperti pesawat terbang. Dan juga kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat yaitu ketika ditemukannya internet.
Dengan adanya internet kini semua orang dapat mengakses berbagai hal apapun. Dengan adanya internet juga dapat membantu dan mempermudah kita misalnya dalam hal mengerjakan tugas, mencari tahu informasi dan mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tetapi dengan adanya internet juga ada hal yang negatifnya yaitu misalnya seperti ada gambar atau film atau video yang tidak senono yang semestinya tidak baik untuk ditayangkan, karena pada saat sekarang ini semua orang dapat meenggunakan internet yaitu mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, dan bahkan yang lanjut usia pun ada yang masih bisa menggunakan internet, maka hal hal yang tidak baik untuk dipublikasikan semestinya atau sebaiknya tidak usah disebarluaskan atau dipublikasikan .

                                                   

MANAJEMEN DI DALAM PEMERINTAHAN

A.      Definisi Manajemen
Secara etimologi management (di Indonesia diterjemahkan sebagai “Manajemen”) berasal dari kata Manus (tangan) dan Agere (melakukan) yang setelah digabung menjadi Manage (Bahasa Inggris) berarti mengurus atau Managiere (Bahasa Latin).
Adapun menurut pendapat beberapa para pakar yaitu:
1.    Menurut George Terry dalam bukunya Principles of Management (1964) mengatakan bahwa :
Management is distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources. (Maksudnya manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya).
2.    Menurut John D. Miller dalam bukunya Management in the public Services (1954) mengatakan bahwa:
Management is the process directing and facilitating the work of people organized in formal group to achieve  a desired end. (Manajemen adalah proses kepemimpinan dan pemberian arah terhadap pekerjaan yang terorganisasi dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki). (Syafiie, 2013: 125-126).
Dari paparan di atas menurut pendapat saya bahwa manajemen itu yaitu proses khusus yang tidak terlepas dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atau dalam Bahasa Inggris nya yaitu Planning, Organizing, Actuating, and Controlling atau yang sering di singkat dengan (POAC). Manajemen yaitu proses kepemimpinan dan pemberian arahan terhadap pekerjaan yang terorganisasi di dalam suatu kelompok secara formal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari unsur-unsur manajemen tersebut, manajemen pemerintahan dapat disampaikan antara lain: perencanaan pemerintahan, organisasi pemerintahan, pelaksanaan pemerintahan, pengawasan pemerintahan, pembiayaan pemerintahan, dan lain-lain. (Syafiie, 2013: 126).
B.       Perencanaan Pemerintahan
Perencanaan merupakan persiapan yang teratur dari setiap usaha untuk mewujudkan tujuan sehingga unsur-unsurnya terdiri dari tujuan, kebijakan, prosedur, program, dan progres. Sementara itu, faktor lingkungan, sangat memengaruhi perencanaan. Misalnya, perencanaan di pengaruhi oleh sumber daya manusia dan sumber daya alam, serta pihak sosial yang berpengaruh, seperti adalah sosial budaya,, sosial agama, sosial ekonomi, dan sosial politik.
Seorang yang hedonistik akan membuat perencanaan serba menyenangkan. Begitu juga seorang materialistik akan membuat perencanaan yang menguntungkan. Sebaliknya, seorang fatilistik, perencanaannya cenderung lebih pasrah kepada takdir dari apa yang akan diperjuangkan. Oleh karena itu, tingkat intelektual dan moral yang dimiliki seorang pembuat perencanaan akan menjadi kriteria utama individu yang memimpin organisasi. Meskipun demikian, kemampuan seseorang terkungkung pula oleh apa yang dimiliki disekitarnya seperti dana, kepemilikan, dan staf organisasi. (Syafiie, 2013: 127-128).
Perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Merencankan berarti mengupayakan penggunaan sumber daya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumber daya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan.
Suatu perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan minimum memiliki tiga karakteristik berikut.
1.      Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang.
2.      Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yaitu serangkaian tindakan di masa yang akan datang da akan di ambil oleh perencana.
3.      Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi merupakan unsur yang amat penting dalam setiap perencanaan.
Adapun proses perencanaan. Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Dalam perencanaan terkandung suatu aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan.
Menurut Louis A. Allen (1963), perencanaan terdiri atas aktivitas yang dioperasikan oleh seorang manajer untuk berpikir ke depan dan mengambil keputusan saat ini, yang memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi tantangan pada waktu yang akan datang. Berikut ini aktivitas perencanaan yang dimaksud.
1.    Prakiraan (forecasting) merupakan suatu usaha yang sistematis untuk meramalkan/ memperkirakan waktu yang akan datang dengan penarikan kesimpula atas fakta yang telah diketahui.
2.    Penetapan tujuan (establishing objective) merupakan suatu aktivitas untuk menetapkan sesuatu yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan.
3.    Pemrograman (programming) adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan maksud untuk menetapkan:
1.      Langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan;
2.      Unit dan anggota yang bertanggung jawab untuk setiap langkah;
3.      Urutan serta pengaturan waktu setiap lankah.
4.    Penjadwalan (sceduling) adalah penetapan atau penunjukan waktu menurut kronologi tertentu guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan.
5.    Penganggaran (budgeting) merupakan sutu aktivitas untuk membuat pernyataan tentang sumber daya keuangan (finacial resource) yang disediakan untuk aktivitas dan waktu tertentu.
6.    Pengembangan prosedur (developing procedure) merupakn suatu aktivitas menormalisasikan cara, teknik, dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan.
7.    Penetapan dan interpretasi kebijakan (estabilishing and interpreting policies) adalah suatu aktivitas yang dilakukan dalam menetapkan syarat berdasarkan kondisi mana manajer dan para bawahannya akan bekerja. Suatu kebijakan adalah sebagai suatu keputusan yang senantiasa berlaku untuk permasalahan yang timbul berulang demi suatu organisasi.
Berdasarkan aktivitas perencanaan di atas, berikut ini adalah langkah-langkah penting dalam pekerjaan perencanaan.
1.    Menjelaskan permasalahan
2.    Usaha memperoleh informasi terandal tentang aktivitas yang direncanakan
3.    Analisis dan klasifikasi informasi
4.    Menentukan dasar perencanaan dan batasan
5.    Menentukan rencana berganti
6.    Memilih rencana yang diusulkan
7.    Membuat urutan kronologis mengenai rencana yang diusulkan
8.    Mengadakan pengendalian kemajuan terhadap rencana yang diusulkan
Dalam setiap organisasi, perencanaan disusun dalam suatu hierarki yang sejajar dengan struktur organisasi. Pada setiap hierarki umumnya perencanaan memiliki dua fungsi yaitu:
1.    Menetapkan tujuan yang akan dicapai pada hierarki yang lebih rendah;
2.    Sebagai alat untuk mencapai perangkat tujuan pada hierarki lebih tinggi berikutnya.
Stoner dan Wankel (1986:189) mengklasifikasikam rencana menjadi dua jenis utama, yaitu rencana strategis dan rencana operasional.
1.     Rencana strategis
Rencana ini dirancang untuk mencapai tujuan organisasi yang luas, yaitu untuk melaksanakan miisi yang merupakan satu-satunya alasan kehadiran organisasi tersebut. Perencanaan strategis adalah proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan kebikalan dan program yang perlu untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu, serta penetapan metode yang perlu untuk menjamin agar kebijakan dan program strategis itu dilaksanakan. Atau secara singkat, perencanaan strategis adalah proses perencanaan jangka panjang yang formal untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi.
2.    Rencana operasional
Rencana operasional memberikan deskripsi tentang bagaimana rencana strategis dilaksanakan. Rencana operasional terdiri atas rencana sekali pakai dan rencana tetap.
a.    Rencana sekali pakai (single use plan)
Rencana sekali pakai merupakan arah tindakan yang mungkin tidak akan terulang dalam bentuk yang sama di masa yang akan datang. Bentuk utama rencana sekali pakai, antara lain sebagai berikut.
1.    Program (programs)
2.    Proyek (project)
3.    Anggaran (budget)
b.    Rencana tetap (standing plan)
Rencana tetap merupakan pendekatan yang sudah dilakukan untuk menangani situasi yang terjadi berulang (repetitive) dan dapat diperkirakan. Rencana tetap ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menghemat waktu yang digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan karena situasi yang serupa ditangani dengan cara yang konsisten yang telah ditentukan sebelumnya.
Sesuai dengan pengembangannya, teori perencanaan berevolusi dalam dua kategori, yaitu
1.    Teori operasi sistem, yang mendeskripsikan sejumlah disiplin akademis tradisional karena tidak ada disiplin tunggal yang mencakup cukup luas semua aspek penting dari suatu sistem sosial;
2.    Teori perubahan sistem, menyajikan hampir semua latar belakang dan teknik dari disiplin ilmu terapan.
Terdapat dua hambatan utama terhadap pengembangan rencana yang efektif, yaitu
1.    Penolakan dari dalam perencanaan terhadap penentuan tujuan dan pembuatan rencana untuk mencapainya;
2.    Keengganan yang lazim dari para anggota organisasi untuk menerima rencana karena perubahan yang akan ditimbulkannya. (siswanto, 2005: 42-72)
C.      Organisasi Pemerintahan
Berikut ini pengertian dari organisasi
1.    Menurut James D. Mooney (1954)
Organisasi adalah sebuah bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
2.    Menurut John D.  Miller (1954)
Organisasi adalah kerangka struktur di mana pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama.
3.    Menurut Herbert A. Simon (1958)
Organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-hubungan lain di dalam suatu kelompok orang.
4.    Menurut Chester I. Barnard (1968)
Organisasi adalah sebuah sistem tentang aktivitas kerjasama (dua orang atau lebih dari suatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang sebagian besar tentang persoalan silaturahmi).
5.    Menurut Dwight Waldo (1955)
Organisasi adalah suatu struktur dari kewenangan-kewenangan dan kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan antara orang-orang pada suatu sistem administrasi.
6.    Menurut Luther Gulick
Organisasi adalah sebagai suatu alat penghubung satuan-satuan kerja yang memberikan mereka kepada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur kewenangan. Dengan demikian pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh perintah dari para atasan kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai ke dasar dari seluruh badan usaha.
Berdasarkan uraian tersebut, maka keorganisasian dapat diartikan sebagai berikut.
1.      Bagaimana sifat sebuah bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
2.      Bagaimana sifat sebuah bentuk kerangka struktur di mana pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama.
3.      Bagimana sifat sebuah bentuk pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.
4.      Bagaimana sifat sebuah bentuk sistem tentang aktivitas kerja sama dua orang atau lebih dari suatu yang tidak berwujud dan tidak pandang bulu, yang sebagian besar tentang persoalan silaturahmi.
5.      Bagaimana sifat sebuah bentuk struktur dari kewenangan-kewenangan dan kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan orang-orang dalam sistem administrasi.
6.      Bagaimana sifat sebuah bentuk suatu alat saling hubungan satuan-satuan kerjayang memberikan mereka kepada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur kewenangan dengan pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh perintah dari para atasan kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai ke dasar dari seluruh badan usaha. (Syafiie, 2013: 128-130).
Dari beberapa pengertian di atas, menurut pendapat saya bahwa organisasi yaitu sebuah wadah yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama yang berstruktur yang memiliki aktivitas yang memiliki susunan kerja untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
Adapun ciri-ciri organisasi yaitu:
1.    Adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.
2.    Bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbal balik, saling memberi dan menerima, dan juga saling bekerja sama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective), dan tujuan (goal).
3.    Bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu, yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan. Setiap organisasi memiliki tujuan yang telah dirumuskan secara bersama-sama. Tujuan bersama yang hendak direalisasikan tersebut dapat merupakan tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek. Mungkin juga tujuan yang yang pencapaiannya secara rutin maupun tujuan yang pencapaiannya secara berkala saja.
Di dalam pengorganisasian dieprlukan tahapan sebagai berikut:
1.    Mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapai;
2.    Deskripsi pekerjaan yang harus dioperasikan dalam aktivitas tertentu;
3.    Klasifikassi aktivitas dalam kesatuan yang praktis;
4.    Memberikan rumusan yang realistis mengenai kewajiban yang hendak diselesaikan, sarana dan prasarana fisik serta lingkungan yang diperlukan untuk setiap aktivitas atau kesatuan aktivitas yang hendak dioperasikan;
5.    Penunjukan sumber daya manusia yang menguasai bidang keahliannya;
6.    Mendelegasikan otoritas apabila dianggap perlu kepada bawahan yang ditunjuk.
Di dalam organisasi ada struktur organisasi. Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antarbagian komponen dan posisi dalam suatu perkumpulan (Organizational structure can defined as the arrangement and interrelationship of the component parts and positions of a company).
Struktur organisasi menspesifikasi pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas yang beraneka macam dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas kerja. Struktur organisasi juga menunjukkan hierarki dan struktur otoritas organisasi serta memperlihatkan hubungan pelaporannya. Struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi mempertahankan kedatangan dan kepergian individu serta untuk mengoordinasi hubungannya dengan lingkungan.
Gibson dan kawan-kawan (1980) menekankan bahwa struktur bertalian dengan hubungan yang relatif pasti yang terdapat di antara pekerjaan dalam organisasi. Hubungan ynag pasti tersebut timbul dari proses keputusan sebagai berikut:
1.    Pembagian kerja (division of labor)
Permasalahan yang berhubungan dengan pembagian kerja bertalian dengan sampai seberapa jauh pekerjaan dispesialisasi. Seluruh pekerjaan dispesialisasi sampai suatu tingkat dan kemampuan untuk membagi pekerjaan di antara pemegang pekerjaan.
2.    Departementalisasi (departementalization)
Proses penentuan deretan dan kedalaman pekerjaan individual adalah bersifat analitis, yaitu jumlah tugas organisasi dipecah-pecah ke dalam beberapa tugas yang lebih kecil yang berurutan. Selanjutnya, tugas yang dibagi harus digabungkan ke dalam kelompok. Proses penggabungan pekerjaan ke dalam kelompok dinamakan departementalisasi, dan  permasalahan manajerial yang muncul adalah memilih suatu dasar bagi penggabungan pekerjaan tersebut.
3.    Permasalahan rentang kendali (span of control)
Pada umunya, permasalahan rentang kendali akan sama dengan keputusan mengenai berapakah jumlah bawahan yang dapat dikendalikan oleh seorang manajer. Selain itu, rentang kendali harus ditentukan untuk mencakup bukan saja bawahan yang ditugaskan secara formal, tetapi juga mereka yang berhubungan dengan manajer.
4.    Delegasi kekuasaan (delegation of authority)
Permasalahan delegasi kekuasaan bertalian dengan keuntungan relatif dari desentralisasi, yaitu delegasi kekuasaan sampai pada tingkat paling rendah dalam hierarki manajerial. Konsep desentralisasi tidak berkenaan dengan penyebaran geografis dari unit-unit organisasi yang terpisah tetapi konsep tersebut berhubungan dengan hal yang didelegasikan kepada manajer untuk mengambil keputusan tanpa persetujuan dari manajemen yang lebih tinggi. Dalam beberapa segi, konsep tersebut berhubungan dengan pengaruh yang dimiliki oleh seseorang karena karakteristik pribadinya.
Seperti halnya dalam organ tubuh manusia, dalam struktur organisasi pun terdapat elemen yang perlu dianalisis. Stoner dan Wankell (1986) mengemukakan adanya lima elemen yang berguna untuk menganalisis struktur organisasi sebagai berikut.
a.    Spesialisasi aktivitas (Specialization of activities)
b.    Standardisasi aktivitas (Standardization of activities)
c.    Koordinasi aktivitas (Coordination of activities)
d.   Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan (Centralization and decentralization of decision making)
e.    Ukuran unit kerja (Size of the work unit)
Dalam organisasi modern terdapat tiga bentuk struktur organisasi yang secara formal disusun menurut fungsi, menurut produk atau pasar, dan dalam bentuk matriks.
1.    Struktur organisasi fungsional
2.    Struktur organisasi produk atau pasar
3.    Struktur organisasi matriks
Dalam suatu organisasi prinsip amat diperlukan, terutama dapat dijadikan pedoman sehingga organisasi menjadi tumbuh dan berkembang. Prinsip organisasi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1.    Organisasi dan tujuan
2.    Esensi organisasi
3.    Tanggung jawab dan otoritas
4.    Spesialisasi untuk efisiensi
5.    Rentang kendali
Selain prinsip yang telah didekripsikan dia atas terdapat sejumlah prinsip yang dipandangnya bermanfaat dalam mengelola organisasi. Prinsip tersebut memberikan pedoman untuk menyusun suatu sistem tugas dan otoritas yang saling berkaitan. Lima prinsip struktural yang dimaksud sebagai berikut.
1.    Prinsip pembagian kerja
2.    Pprinsip satu arah
3.    Prinsip sentralisasi
4.    Prinsip otoritas dan tanggung jawab
5.    Prinsip rantai komando
Tujuan utama adanya aspek pembagian kerja dan departementalisasi dalam struktur organisasi adalah untuk memudahkan proses komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi hasil kerja, imbalan, sosialisasi, dan karier. Kelima aktivitas tersebut merupkan proses organisasi.
Pengembangan organisasi adalah upaya jangka panjang yang didukung manajemen puncak untuk memperbaiki proses pemecahan permasalahan dan proses pembaruan organisasi, khususnya melalui diagnosis dan manajemen budaya organisasi yang lebih efektif dan kolaboratif dengan tekanan khusus pada tim kerja formal, tim sementara, dan budaya antarkelompok dengan bantuan konsultan yang bertindak sebagai katalisator dan penggunaan teori dan teknologi psikologi terapan, termasuk penelitian tindakan. (Siswanto, 2005: 73-100).
D.      Pengawasan Pemerintahan
Pengawasan pemerintah adalah pengawasan dari dan terhadap pemerintah, mengapa pemerintah yang berkuasa mesti dan harus diawasi. Hal tersebut pemerintah memakai uang rakyat, harus mengatur rakyat dengan baik dan benar, mengurus dan mengatur segala persoalan rakyat dengan baik dan benar. Fungsi mengatur diserahkan pada eksekutif yang selanjutnya diawasi legislatif, sedangkan fungsi mengatur diserahkan kepada legislatif yang diawasi oleh rakyat melalui kontrol pers, lembaga swadaya masyarakat, dan pelbagai grup penekan yang memilih mereka.
Mengapa pemerintah harus mengawasi rakyat? Karena mereka yang pemerintah kekuasaan dan kewenangan yang terllegitimasi untuk mengatur dan mengurus warganya, mengajak masyarakatnya berbuat baik dan melarang, serta mengantisipasi terjadinya keburukan dan dekadensi moral. Itulah sebabnya pemerintah membentuk kepolisian dan kejaksaan untuk usaha mencegah ketidaktertiban serta mengantisipasi kriminalitas.
Sebenarnya, pengawasan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu pengawasan politik dan pengawasan ekonomi. Pengawasan adalah salah satu fungsi dalam manajemen pemerintahan untuk menjamin agar pelaksanaan kerja pemerintah berjalan sesuai dengan standar yyang telah ditetapkan dalam perencanaan pemerintahan, agar masyarakat serta warga bangsa mencapai keadaan adil makmur dalam waktu yang sudah ditentukan bersama.
Misalnya, pengawasan ekonomi yang diantisipasi dan dikontrol adalah kemungkinan lepasnya kekayaan, serta pemborosan biaya yang tidak pada tempatnya, maka dalam public controlling harus lebih didasari bahwa biaya tersebut berasal dari, oleh dan untuk rakyat.
Sementara itu, pengawasan dalam bentuk pemantauan dan pengamatan tingkat efektivitas pejabat birokrasi pemerintahan, bukan untuk mencari kesalahan seorang pejabat melainkan mendeteksi dan mengecek apakah kegiatan yang sedang ataupun akan dilakukan telah berjalan sesuai rencana dan apakah mencapai hasil sebagaimana rencana, atau sekurang-kurangnya tidak menyimpang dari apa yang digariskan, pelbagai kebijaksanaan harus diantisipasi agar tidak melanggar aturan hukum begitu juga tidak melanggar moral yang berlaku. (Syafiie, 2013: 131-132).

AKHLAK PARA SAHABAT DALAM SEJARAH

1.    Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khuluqun” yang menurut loghat di artikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti : kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti : pencipta, dan “makhluk” yang berarti : yang diciptakan.
Perumusan pengertian “Akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Perkataan ini tersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al Qur’an surat Al Qalam ayat 4 yang artinya :
“Sesungguhnya engkau (Ya Muhammad) mempunyai budi pekerti yang luhur”.
Demikian juga dengan hadits Nabi SAW. Yang artinya :
“Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti”. (Riwayat Ahmad)
Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh Ulama Akhlak antara lain sebagai berikut :
a.       Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
b.      Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlaq” merumuskan pengertian akhlak sebagai berikut :
Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya di terangkan oleh setengah manusia kepada yang lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.

ABU BAKAR ASH SHIDIQ

2.    Riwayat Hidup, Akhlak Mulia dan Keutamaan Abu Bakar Ash Shidiq
a.      Riwayat Hidup Abu Bakar Ash Shidiq
Abu Bakar Ash Shidiq ( nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Berarti silsilahnya dengan Nabi beertemu pada Murrah bin Ka’ab). Dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Utsman (Abu Kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad.
Abu bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk untuk memercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraisy, menemani Rasul Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan, dan lain-lain.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad SAW. pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di kemudian hari,  pada jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi. Itulah perselisihan pertama terjadi pasca-Nabi wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke perselisihan kedua di Saqifah Bani Sa’idah, pada saat kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian dalam hal berpolitik dibandigkan dengan Kaum Muhajirin. Dalam hal ini, setidaknya ada persaingan di antara kaum Anshar, Muhajirin, dan Bani Hasyim.
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mandat tersebut. Adakah suatu pertanda Nabi menunjuk Abu Bakar atau tidak ?.
Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah, sebagai pengganti Rasul. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut, sehingga terjadilah perdebatan di antara mereka dan pada akhirnya, Sa’ad bin Ubadah yang tidak menginginkan adanya perpecahan mengatakan bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi yang memanas, Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap tenang dan toleran, kemudian Basyir bin Sa’ad Abi An-Nu’man bin Basyir berpidato dengan mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini. Dalam keadaan yang sudah tenang ini, Abu Bakar berpidato, “Ini Umar dan Abu Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka bai’atlah.”
Baik Umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan mempertimbangkan berbagai alasan, di antaranya adalah ditunjuknya Abu Bakar sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak  menjadi pengganti Rasulullah SAW. Sebelum keduanya mebai’at Abu Bakar, Basyir bin Sa’ad mendahuluinya, kemudian diikuti Umar dan Abu Ubaidah dan diikuti secara serentak oleh semua hadirin.
Dari paparan di atas, terlihat bahwa Abu Bakar dipilih secara aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalhah, dan Zubair yang menolak dengan hormat. Mereka masih mempermasalahkan diangkatnya Abu Bakar tersebut. Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kelompok lain yang tidak menyetujuinya ialah Anshar Salad bin Ubadah meskipun pada akhirnya tenggelam dalam sejarah.
Pembahasan-pembahasan tentang khalifah ini pada akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran dalam Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia Islam.
Setelah menjalankan tugas khalifah selama 2 tahun 3 bulan dan 10 hari, beliau wafat pada tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H atau 23 Agustus 634 M karena sakit.
b.      Akhlak mulia dan keutamaan Abu Bakar Ash Shidiq
Ketaatannya Abu bakar pada Allah dan Rasul dapat dilihat ketika ia masih kanak-kanak, ia menentang menyembah berhala yang dilakukan oleh orangtuanya dan orang-orang disekitarnya, keimanannya tak gentar dengan ancaman-ancaman terhadapnya karena tidak mau menyembah berhala. Ia yakin akan sahabatnya yaitu Rasulullah SAW. yang juga bukan penyembah berhala, setelah dewasa ia menyatakan keislamannya pada Rasulullah dengan tidak ada keraguan sedikitpun, bahkan ia berjalan disamping Rasulullah dalam mengawal Rasulullah untuk menyebarkan agama Islam di dunia.
Abu Bakar adalah khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah setelah beliau wafat. Rasulullah mempunyai alasan tersendiri mengapa ia memilih Abu Bakar sebagai penggantinya, sebelum Rasulullah wafat ia meminta Abu Bakar untuk mengimami shalat, ia sampaikan perintah itu kepada Aisyah anak Abu Bakar sekaligus istrinya Rasulullah, Aisyah berkata bahwa Abu Bakar terlalu lembut untuk mengimami shalat, sehinnga ia akan menangis ketika mengimami shalat, tetapi Nabi Muhammad mengulangi perkataan yang sama terhadap Aisyah yaitu : “Suruhlah Abu Bakar mengimami shalat, sesungguhnya wanita itu akan seperti wanita yang ada pada zaman Nabi Yusuf.”
Apapun alasan Rasulullah meminta Abu Bakar menjadi penggantinya dalam mengimami shalat umat Islam, terlepas dari itu semua, pasti ada keutamaan dari Abu Bakar sendiri yang tidak dapat dijelaskan, namun ketika kita melihat dari riwayat hidup Abu Bakar, ia selalu berbuat kebaikan dan moralnya tidak pernah bertentangan dengan syariat Islam, meskipun bertentangan dengan masyarakat jahiliyah.
Abu Bakar adalah seorang yang lemah lembut, perangainya sangat berbanding terbalik dengan Umar bin Khaththab, yang dianggap lebih keras kepala, Abu Bakar selalu menurut pada atas apa yang diperintahkan oleh Rasulullah. Ada beberapa keutamaan Abu Bakar yaitu :
1.      Orang yang selalu dipercaya untuk menemaninya berhijrah ke Madinah
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhya Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir mengeluarkannya dari Mekkah sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua di waktu dia berkata kepada temannya : “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS At Taubbah : 40 ).
Dalam perjalanan hijrah ini Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan Rasulullah. Ia mempersilahkan Rasul untuk beristirahat sementara dirinya menjaga seolah-olah tidak merasakan letih dan butuh untuk istirahat.
Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar mngatakan : “Ketika berada di dalam gua, aku berkata kepada Rasulullah, sekiranya orang-orang musyrik ini melihat kebawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat, Rasulullah menjawab, bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga. Rasulullah menenangkan hati Abu Bakar disaat-saat mereka dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekkah yang ingin menangkapmereka.
2.      Sebagai sahabat Nabi yang dalam ilmunya
Abu Said Al Khudri mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa yang ada di sii-Nya, dan hamba tersebut memilih apa yang ada disis Allah.”
Kata Abu Said, “(mendengar hal itu) Abu Bakar menangis padahal Rasulullah hanya menceritakan seoranng hamba yang memilih kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Abu Bakar-lah yang paling mengerti serta berilmu dianntara kami. Kemudian Rasulullah melanjutkan khutbahnya.
“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan kerelaan dalam mengeluarkan adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan memilih kekasih selain Rabbku, pasti aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya.”
3.      Kedudukan Abu Bakar disisi Rasulullah
Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzathi As Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya, “Siapakah orang yang paling anda cintai ?” Rasulullah menjawab “Aisyah”. Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki ?” Rasulullah menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar)”
4.      Saat masih hidup di dunia, Abu Bakar dipastikan masuk  syurga
Abu Musa Al Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu dirumahnya lalu keluar menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa, “Aku pun segera pergi berusaha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun yang terdapat sumur yang dinamai sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan kepeluannya.
Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk diatas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan mejulur-julurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak lama kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, ku tanyakan “Siapa itu ?” Dia menjawab “Abu Bakar”. Lalu dijawab “Tunggu sebentar”. Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk”. Rasulullah menjawab “Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni syurga.”
Adapun akhlak-akhlak baik yang dimiliki Abu Bakar Ash Shiddi, yaitu :
1.      Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa hari ini yang berpuasa?”, Abu Bakar menjawab “Saya”
“Siapa hari ini yang ikut mengantar jenazah ?”, Abu Bakar menjawab “Saya”
“Siapa hari ini yang memberi makan orang miskin ?”, Abu Bakar menjawab “Saya”
“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit ?”, Abu Bakar menjawab “Saya”
Rasulullah bersada, : “Tidaklah semua ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia masuk syurga.”
2.      Orang musyrik mensifati Abu Bakar sebagaimana Khadijah mensifati Rasulullah
Mereka orang musyrik berkata tentang Abu Bakar
“Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu dan menolong di jalan kebenaran ?” (HR. Bukhari)

UMAR BIN KHATHTHAB

3.    Riwayat hidup, Akhlak, dan Keutamaan Umar bin Khaththab
a.       Riwayat Hidup Umar bin Khaththab
Umar bin Khaththab, yang memiliki nama lengkap Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam banyak hal, Umar bin Khaththab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius.
Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum akan tersebar seperti sekarang.
Umar bin Khaththab di lahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya Perang Fijar atau sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Al-Khudari Bek, tiga belas tahun lebih muda  dari Nabi Muhammad SAW.
Sebelum masuk Islam, Umar termasuk di antara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk Islam. Dia adalah musuh dan penentang Nabi Muhammad SAW. yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginannya untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya.  Dia sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair tukang tenung.
Setelah Umar masuk agama Islam, pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam. Bahkan, dia termasuk seoranng sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M./13 H. Menunjuk Umar bin Khaththab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang wajar untuk dilakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk Umar menjadi khalifah. Pertama, kekhawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat Islam ke jurang perpecahan akan terulang kembali, bila ia tidak menunjuk seorang yang akan menggantikannya. Kedua, kaum Anshar dan muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. Sementara sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur di luar kota Madinah melawan tentara Persia di satu pihak dan tentara Romawi di pihak lain.
Berangkat dari kondisi politik yang demikian, tampaknya tidak menguntungkan apabila pemilihan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung. Jika alternatif ini dipilih, besar kemungkinan akan timbul kontroversi berkepanjangan di kalangan umat Islam tentang siapa yang lebih proporsional menggantikan Abu Bakar. Kondisi demikian jelas akan melahirkan instabilitas politik yang akan membahayakan umat dan negara, mengingat bukan hal mustahil akan terjadi perang saudara dan kevakuman pimpinan. Hal ini akibatnya lebih fatal daripada pemberontakan orang-orang murtad.
Penunjukan Abu Bakar terhadap Umar yang dilakukan di saat ia mendadak jatuh sakit pada masa jabatannya merupakan suatu yang baru, tetapi harus dicatat bahwa pennunjukan itu dilakukan dalam bentuk rekomendasi atau saran yang diserahkan pada persetujuan umat. Abu Bakar dalam menunjuk Umar sebagai pengganti tetap mengadakan musyawarah atau konsultasi terbatas dengan beberapa orang sahabat senior, antara lain Abdul Rahman bin Auf, Utsman bin Affan, dan Asid bin Hadhr, seorang tokoh Anshar. Konsultasi ini menghasilkan persetujuan atas pilihannya pada Umar secara objektif. Setelah itu, hasil konsultasi dengan beberapa orang sahabat senior itu masih ditawarkan kepada kaum muslimin yang sedang berkumpul di Masjid Nabawi. Apakah rela menerima orang yang dicalonkan sebagai penggantinya ? Dalam pertemuan tersebut, kaum muslimin menerima dan menyetujui orang yang telah dicalonkan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan Umar (bai’at Umar).
Penulis menilai bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar dalam suksesi kepemimpinan di negara Madinah pada saat itu merupakan langkah yang tepat. Dan apa yang dilakukakn itu merupakan implementasi yang optimal terhadap prinsip musyawarah.
Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khaththab begitu di bai’at atau di lantik menjadi khalifah menyampaikan pidato penerimaan jabatannya di Masjid Nabi di hadapan kaum muslimin. Bagian dari pidatonya adalah :
“Aku telah dipilih menjadi khalifah. Kerendahan hati Abu Bakar selaras dengan jiwanya yang terbaik di antara kamu dan lebih kuat terhadap kamu dan juga lebih mampu untuk memikul urusan kamu yang penting-penting. Aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama dengan beliau. Andaikata aku tahu bahwa ada orang yang lebih kuat daripadaku untuk memikul jabatan ini.” “Sesungguhnya Allah menguji kamu dengan aku dan mengujiku dengan kamu dan membiarkan aku memimpin kamu sesudah sahabatku. Maka demi Allah, bila ada suatu urusan dari urusan kamu dihadapkan kepadaku, maka janganlah urusan itu diurus oleh seseorang, selain aku dan janganlah seseorang menjauhkan diri dari aku, sehingga aku tidak dapat memillih orang yang benar dan memegang amanah. Jika mereka berbuat baik,  tentu aku akan berbuat baik kepada mereka dan jika mereka berbuat jahat, maka tentu aku akan menghukum mereka.”
Pidato tersebut menggambarkan pandangan Umar bahwa jabatan khalifah adalah tugas yang berat sebagai amanah dan ujian. Antara pemimpin dan yang dipimpin harus terjalin hubungan timbal balik yang seimbang dalam melaksanakan tanggung jawab itu. Setiap urusan harus diurus dab diselesaikan oleh khalifah dengan baik. Khalifah harus memilih orang-orang yang benar dan bisa memegang amanah untuk membantunya. Hukum harus ditegakkan terhadap pelaku tanpa memandang dari pihak  manapun.
Sejumlah musuh-musuh Islam terdiri dari orang-orang Persia dan Yahudi mengadakan komplotan untuk membunuh Umar bin Khaththab. Pembunuhan itu dilaksanakan oleh seorang nasrani bernama Abu Lu’luah. Abu Lu’luah ini seorang bangsa Persia, dia ditawan oleh tentara Islam di Nahawand, dan kemudian  menjadi hamba sahaya dari Mughirah ibnu Syu’bah.
Telah diterangkan di atas bahwa Umar bin Khathtab telah merobohkan kerajaan Persia dan melenyapkan kekuasaan mereka. Karena itu lapisan atas dari bangsa Persia beserta pendukung-pendukungnya menaruh dendam terhadap Umar, dan berniat hendak membunuh beliau.
Abu Lu’luah telah berhasil menyelusup  ke dalam masjid, di waktu Umar hendak memulai sembahyang subuh, di kala itu hari masih gelap. Maka ditikamnyalah khalifah dengan sebuah golok beberapa kali, di antaranya satu di bawah pusatnya, maka keluarlah perut beliau.
Umar lalu memekik, maka datanglah kaum Muslimin hendak menangkap pembunuh itu, tetapi mereka diserangnya pula dengan goloknya, higga ada yang mati, dan beberapa orang luka-luka.
Akhirnya kaum Muslimin dapat menangkapnya, tetapi masih dapat ia memakai goloknya untuk membunuh dirinya sendiri.
Beberapa hari kemudian, khalifah yang agung itu berpulang kerahmatullah, dengan meninggalkan kenang-kenangan yang indah. Perjalanan hidup beliau adalah salah satu dari perjalanan hidup yang paling abadi yang pernah diriwayatkan oleh sejarah.
Hampir saja rahasia pembunuhan ini terpendam dalam kegelapan, andai kata kemudian tiada memancar sebutir sinar cahaya yang menerangi kegelapan itu, dan membukakan  rahasia sebuah komplotan.
Abdur Rahman ibnu Abu Bakar ada mwlihat sehari sebelum terjadi pembunuhan itu tiga orang sedang berbisik-bisik.
Pertama : Hurmuzan, yaitu seorang pembesar bangsa Persia, yang telah kehilangan kekuasaan dan kedudukan, dan karena tidak ada harapannya lagi untuk mengembalikan kekuasaan dan kedudukannya itu, terpaksalah ia hidup sebagai seorang biasa saja.
Kedua : Jufainah yang dahulunya menganut agama Nasrani, ia berasal dari Hirah, dan bekerja mengajar menulis dan membaca di Madinah.
Ketiga : Abu Lu’luah
Menurut Abdur Rahman, orang-orang itu terkejut dan kaget demi melihat Abdur Rahman datang dengan tiba-tiba, dan jatuhlah sebuah golok berujung dua dari mereka.
Di kala Abdur Rahman memperhatikan golok yang dipakai oleh Abu Lu’luah untuk membunuh Umar, dia menerangkan bahwa itulah golok yang dilihatnya kemarin.
Keterangan Abdur Rahman inilah yang mendorong Ubaidullah ibnu Umar membunuh Hurmuzan dan Jufainah sesudah ayahnya meninggal. Tepatnya Umar bin Khaththab meninggal pada tanggal 26 Zulhijjah tahun 23 H/3 November 644 M.
b.      Akhlak dan Keutamaan Umar bin Khaththab
1.        Ibadahnya Umar : Banyak para sahabat mengatakan jika Umar adalah sosok orang yang selalu melakukan shalat malam secara istiqomah sepanjang hidupnya, siang harinya beliau berpuasa sepanjang waktu demi hajat untuk rakyatnya, kecuali waktu-waktu yang diharamkan dan ketika melakukan perjalanan jauh. Umar juga sering melaksanakan haji sampai wafat.
2.        Kezuhudan (meninggalkan rasa gemar terhadap apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat. Yaitu terhadap perkara mubah yang berlebih dan tidak dapat digunakan untuk membantu berbuat ketaatan kepada Allah) Umar : Beliau memiliki jubah dengan dua belas tambalan serta hanya mempunyai beberapa baju saja, beliau juga makan dengan makanan sederhana, sepanjang melakukan perjalan Makkah dan Madinah Umar tidak pernah mendirikan tenda atau perkemahan, beliau lebih suka tidur dibawah pohon.
3.        Sangat takut Umar kepada Allah : Umar sering terlihat menangis dan ketakutan bahkan sering terjungkal (tersungkur) bila mendengar ayat-ayat Al Qur’an. Umar juga paling takut diminta pertanggungjawaban di akhirat jika ada harta baitul mal yang hilang sekalipun itu hanya seekor kambing.
4.        Wara (meninggalkan perkara haram/subhat) dan hati-hatinya Umar : Umar kerap memuntahkan kembali makanan yang telah masuk ke perutnya karena takut makanan itu haram. Seringkali secara ketat Umar selalu menanyakan kepada pembantunya tentang asal usul harta yang akan dia makan.
5.        Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Umar bin Khaththab termasuk penghuni syurga. Di waktu Umar masih hidup, diberitakan sebuah kabar gembira bahwa kelak ia akan memasuki syurga Allah. Yang sangat menakjubkan, berita itu bersumber dari Rasulullah sendiri yang perkataannya tak pernah di dustakan sedikitpun.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Tatkala aku tertidur, aku melihat diriku berada di syurga, tiba-tiba aku melihat ada seorang wanita sedang berwudhu di samping sebuah istana. Aku menanyakan milik siapakah istana itu ?” lalu di katakan, “Milik Umar.” Maka aku melihat kecemburuan pada diri Umar hingga akupun pergi meninggalkannya.” Kemudian Umar menangis seraya mengatakan, “Pantaskah aku cemburu kepadamu wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari No.3070).
6.        Seorang yang disegani, hingga setan akan lari terbirit-birit jika berpapasan denngannya
Sa’ad bin Abi Waqash pernah bercerita, suatu hari Umar meminta ijin untuk masuk dan bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan disisi beliau ada para wanita Quraisy yang sedang berbicara dan mengangkat suara lebih tinggi dari suara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Tatkala Umar meminta ijin untuk masuk, maka segera para wanita itu buru-buru memasang hijab, setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi ijin maka masuklah Umar dan terlihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, maka Umar berkata, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah membuatmu tertawa, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ?” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Saya heran melihat tingkah wanita itu, tatkala mereka mendengar suaramu lantas buru-buru mereka memasang hijab.” Maka Umar berkata, “Bahkan engkau lebih berhak di segani oleh mereka, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu Umar mengatakan kepada para wanita tersebut, “Wahai para musuh-musuh jiwa kalian, apakah kalian segan kepadaku sedangkan kalian tidak segan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ?”, mereka menjawab, “Iya, karena engkau lebih keras dibandingkan dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Wahai ibnul Khaththab, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan bertemu denganmu di suatu jalan melainkan ia akan mengambil jalan yang lain dari jalanmu.” (HR. Bukhari No. 3480).
7.        Salah satu penyebab kejayaan Islam
Pada zaman kekhalifahan beliau, Umar bin Khaththab pernah memegang kekuasaan sampai ¾ dunia.
8.        Umar pada zaman khalifahnya selalu mengelilingi kota Madinah (blusukan)
Ketika Amirul Mukminin Umr ra. memegang jabatan sebagai khalifah, beliau seringkali meronda di malam hari untuk menjaga kota. Pada suatu malam, seperti biasa Umar ra. keluar pada malam hari untuk meronda. Tiba-tiba pandangan Umar tertuju ke arah sebuah kemah tua berdiri tegak di tanah lapang, yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian Umar ra. menghampirinya, dari dalam kemah, terdengah suara rintihan seorang perempuan sedangkan di luar kemah itu duduk seorang laki-laki yang sedang termenung.
Umar pun memberi salam kepada orang itu, “Assalamualaikum.” Kemudian Umar duduk di sebelahnya dan bertanya, “Dari mana anda datang ?” orang itu menjawab, “Wahai tuan, sesungguhnya saya ini seorang orang asing yang datang dari sebuah hutan dan saya datang untuk mengharap belas kasihan dari Amirul Mukminin.” Orang asing tersebut tidak mengetahui bahwa tamunya tersebut adalah seorang khalifah.
Umar ra. menawarkan jasa kepada lelaki itu, “Kalau anda memerlukan sesuatu, saya bersedia membantu.” Umar ra. pun beertanya lagi, “Mengapa terdengar suara rintihan dari dalam kemah ?.” orang itu merasa malu berkata kepada Umar, “Silahkan engkau pergi dan uruslah pekerjaanmu sendiri.” Umar berkata lagi, “Tolonglah, beritahukan kepadaku, barangkali aku dapat menolongnya.” Orang itu berkata, “Wahai saudara, jika benar saudara ingin mengetahuinya, akan aku beritahukan. Sesungguhnya yang merintih-rintih di dalam kemah tua ini adalah istri saya yang sedang mengerang kesakitan karena hendak melahirkan.” Umar ra. bertanya, “Adakah seseorang di dalam kemah ini yang sedang merawatnya ?”. “Tidak ada seorangpun,” jawab orang itu.
Setelah Umar ra. mendengar hal itu, kemudian beliau bergegas pulang ke rumahnya, lalu memberitahukan kepada istrinya, Ummu Kulsum ra, kata beliau, “Wahai istriku sesungguhnya Allah SWT telah membuka jalan bagimu, jalan yang mulia di sisi Allah SWT, agar kamu mendapat pahala yang besar.”
Dengan terkejut dan penuh harap, kemudian Ummu Kulsum bertanya, “Apa maksudmu wahai Amirul Mukminin?”. Umar menjawab, “Dengarlah istriku, di ujung sebelah sana terdapat sebuah kemah tua yang penghuninya datang dari hutan, dan di dalam kemah itu terdapat seorang perempuan yang mengerang menahan rasa sakit karena hendak melahirkan anaknya tanpa seorang pun yang merawatnya.” Ummu Kulsum kemudian menjawab, “Wahai suamiku, aku bersedia merawatnya, karena kewajibanku adalah menyempurnakan hasrat dan kesucian hati suamiku.”
Perlu diketahui bahwa Ummu Kulsum adalah anak perempuan dari Fatimah ra. dan cucu Nabi Muhammad SAW. bukanlah bagi beliau, mudah saja menolak permintaan suaminya. Tetapi Ummu Kulsum sanggup berkorban untuk saudaranya yang memerlukan pertolongan.
Ummu Kulsum pun menuruti permintaan suaminya, kemudian segera menuju ke rumah tua itu, sedangkan Umar ra. berjalan di sebelahnya. Setelah sampai, Ummu Kulsum pun masuk ke dalam kemah dan Umar menunggu di luar sambil menyalakan api untuk memasak makanan bagi kedua penghuni kemah tua itu. Sebentar kemudian terdengar Ummu Kulsum memanggil suaminya dari dalam kemah itu, “Ya Amirul Mukminin ucapkanlah tahniah (ucapan selamat) tanda kesyukuranmu untuk saudaramu ini karena ia telah melahirkan seorang anak laki-laki.
Ketika mendengar panggilan “Amirul Mukminin” dari Ummu Kulsum, penghuni kemah itu merasa malu. Mereka baru menyadari bahwa orang yang selama ini bersusah payah berkorban menolong mereka adalah seorang khalifah yang terkemuka dan mulia. Tetapi Umar ra.mengerti perasaan saudaranya terhadap dirinya, lalu Umar dengan suara lembut berkata, “Tidak mengapa saudara, janganlah kedudukanku ini membebani perasaan saudara.” Setelah itu Umar ra. meletakkan cerek air di tepi kemah itu, lalu menyuruh istrinya membawa masuk ke dalam dan memberi makanan yang telah di masaknya tadi, kepada istri penghuni kemah itu.
Setelah semuanya selesai, Umar ra. pun berpamitan sambil berkata, “Datanglah menemuiku besok, aku akan mencoba menolongmu.”
9.        Sering di puji oleh Rasulullah
Salah satu pujian Rasulullah SAW. adalah :
No 3686, lihat ash-shahihah, No 327).

UTSMAN BIN AFFAN

4.    Riwayat hidup, akh;ak, dan keutamaan Utsman bin Affan
a.      Riwayat hidup Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Al Ash bin Umayyah bin Abd Al Manaf dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M., enam tahun setelah penyerangan Kabah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. ibu khalifah Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Asy-Syams bin Abd Al Manaf. Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Sesaat setelah masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia dijuluki dzun nuraiin, karena menikahi dua putri Rasulullah SAW. secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayah dan Ummu Ku;sum.
Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan termasuk muhajir pertama ke Yatsrib. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan sosial. Siang hari ia gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat gemar membaca Al Qur’an, sehingga Khalid Muh Khalif menulis bahwa untuk shalat dua rakaat saja, Utsman menghabiskan waktu semalaman karena banyaknya ayat Al Quran yang dibaca, dan pada saat kha;ifah Utsman wafat, Al Quran beraada di pangkuannya. Kesalehan sosialnya  terbukti dan membeli telaga milik Yahudi seharga 12.000 dirham dan menghibahkannya kepada kaum muslimin pada saat hijrah ke Yatsrib. Mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar untuk perluasaan Masjid Nabawi. Menyerahkan 940 ekor unta, 60 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan Jaisyul Usrah pada Perang Tabuk. Setiap hari Jumat, Utsman bin Affan membebaskan seorang budak laki-laki dan seorang budak perempuan. Pada masa paceklik, masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang sangat murah, bahkan membagi-bagikannya kepada kaum muslimin. Utsman termasuk orang yang sangat penyayang, sehingga pernah suatu pagi, ia tidak tega membangunkan pelayannya untuk mengambil air wudhu, padahal ia sedang sakit dan sudah udzur.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW., Utsman bin Affan mengikuti beberapa peperangan, di antaranya Perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Perang Thaif, Hawazin, dan Tabuk. Perang Badar, tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rasulullah SAW. menunngu istrinya yang sedang sakit sampai meninggalnya.
Didalam proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan yaitu sebelum Umar meninggal, Umar telah memanggil tiga calon penggantinya, yaitu Utsman, ‘Ali, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat (Munawir Syadzali, 1993: 30). Disamping itu, Umar telah membentuk dewan formatur yang bertugas memilih penggantinya kelak. Dewan formatur yang dibentuk Umar berjumlah 6 orang. Mereka adalah Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Disamping itu, Abdullah bin Umar dijadikan anggota, tetapi tidak memiliki hak suara.
Mekanisme pemilihan khalifah ditentukan sebagai berikut: pertama, yang berhak menjadi khalifah adalah yang dipilih oleh anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua,apabila suara terbagi secara berimbang (3:3), Abdullah bin Umar yang berhak menentukannya. Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak diterima, calon yang dipilih oleh Abd Ar-Rahman bin Auf harus diangkat menjadi khalifah. Kalau masih ada yang menentangnya, penentang tttersebut hendaklah dibunuh (Hasan Ibrahim Hasan, 1954: 254-5).
Anggota yang khawatir dengan tata tertib pemilihan tersebut adalah Ali. Ia khawatir Abd Ar-Rahman (yang mempunyai kedudukan strategis ketika pemilihan / deadlock) tidak bisa berlaku adil karena antara Utsman dan Abd Ar-Rahman terdapat hubungan kekerabatan. Akhirnya, Ali meminta Abd Ar-Rahman berjanji untuk berlaku adil, tidak memihak, tidak mengikuti kemauan sendiri, tidak mengistimewakan keluarga, dan tidak menyulitkan umat. Setelah Abd Ar-Rahman berjanji, Ali menyetujuinya (Ath-Thabari, I, t.th.: 36).
Langkah yang  ditempuh oleh Abd Ar-Rahman setelah Umar wafat adalah meminta pendapat kepada anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon yang tepat untuk diangkat menjadi khalifah. Hasilnya adalah munculnya dua kandidat khalifah, yaitu Utsman dan Ali. Ketika diadakan penjajagan suara di luar sidang formatur yang dilakukan oleh Abd Ar-Rahman, terjadi silang pemilihan, Ali dipilih oleh Utsman dan Utsman dipilih oleh Ali. Disamping itu, Zubair dan Sa’ad bin Abi Waqqash mendukung Utsman. Sementara, Thalhah dan Zubair tidak ditanyai pendapat dan dukungannya karena keduanya ketika itu sedang berada di luar Madinah sehingga tidak sempat di hubungi. Selanjutnya, Abd Ar-Rahman bermusyawarah dengan masyarakat dan dan sejumlah pembesar di luar anggota formatur. Ternyata, suara di masyarakat telah terpecah menjadi dua, yaitu kubu Bani Hasyim yang mendukung Ali dan kubu Bani Ummayah yang mendukung Utsman.
Kemudian, Abd Ar-Rahman memanggil Ali dan menanyakan kepadanya, seandainya dia dipilih menjadi khalifah, sanggupkah dia melaksanakan tugasnya berdasarkan Al-Quran, Sunnah Rasul, dan kebijaksanaan dua khalifah sebelum dia ? Ali menjawab bahwa dirinya berharap dapat berbuat sejauh pengetahuan dan kemampuannya. Abd Ar-Rahman berganti mengundang Utsman dan mengajukan pertanyaan yang sama kepadanya. Dengan tegas Utsman menjawab, “Ya! Saya sanggup.” Berdasarkan jawaban itu, Abd Ar-Rahman menyatakan, “Utsman sebagai kkhalifah ketiga, dan segeralah dilaksanakan bai’at.” Waktu itu, usia Utsman tujuh puluh tahun. Dalam hubungan ini, patut dikemukakan bahwa Ali sangat kecewa atas cara yang dipakai oleh Abd Ar-Rahman tersebut dan menuduhnya bahwa sejak semula ia sudah merencanakannya bersama Utsman sebab kalau Utsman yang menjadi khalifah, berarti kelompok Abd Ar-Rahman bin Auf yang berkuasa.
Masa pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun; 24-36 H./644-656 M. Umar 10 tahun 13-23 H/634-644, Abu Bakar 2 tahun 11-13 H./632-634M., dan Ali 5 tahun 36-41 H./656-661 M. Awal pemerintahan Utsman, atau kira-kira 6 tahun masa pemerintahannya penuh dengan berbagai prestasi.
Perluasan pemerintahan Islam telah mencapai Asia dan Afrika, seperti daerah Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang teersisa dari Persia, dan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan orang Persia. Dalam bidang sosial budaya, Utsman bin Affan telah membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke kota. Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah penginapan para tamu dalam berbagai bentuk, serta memperluas Masjid /nabi di Madinah.
Peperangan yang terjadi pada masa ini adalah Perang Zatis Sawari “Perang Tiang Kapal”, suatau peperangan di tengah lautan yang belum pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW., Khalifah Abu Bakar, dan Umar. Disebut Zatis Sawari, karena pada perang tersebut dilakukan di Laut Tengah dekat kota Iskandariyah antara tentara Romawi di bawah pimpinan Kaisar Constantine dengan laskar kaum muslimin di bawah pimpinan Abdullah bin Abi Sarah, umat Islam mengerahkan lebih kurang 200 kapal.
Setelah melewati masa yang penuh dengan prestasi, pada paruh terakhir, khalifah mengahadapi pemberontakan dan pembangkangan di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, pemberontakan lebih terpusat pada kebijakan-kebijakan khalifah yang nepotis, harta kekayaan umum yang hanya berputar pada kalangan keluarga dan sikapnya yang tidak tegas terhadap sahabat utama. Adapun di luar negeri, pemberontakan lebih banyak berasal dari negeri-negeri yang ditaklukkan, seperti Romawi dan Persia yang menambah dendam dan sakit hati karena sebagian wilayahnya telah diambil oleh keum muslimin. Juga fitnah yang disebarkan oleh orang Yahudi dari suku Qainuqa dan Nadhir serta Abdullah bin Saba. Pemberontakan dan pembangkangan ini menyebabkan tewasnya khalifah pada tahun 35 H.
Pemerintahannya berlangsung 12 tahun, dari tahun 23 H/646 M hingga tahun 35 H/656 M. Di akhir hayatnya, beliau dibunuh oleh salah seorang warga Mesir (al-Gafiki) yang menuntut penyelesaian akibat kebijakannya yang meresahkan masyarakat.
b.      Akhlak mulia Utsman bin Affan
1.      Salah satu sahabat yang dijamin masuk syurga
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasannya beliau mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Abu Bakar di syurga, ‘Umar di syurga, ‘Utsman di syurga, ‘Ali di syurga.” (HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh syaikkh Al-Albani di dalam shahih Al Jami’ Ash Shaghir, No 50).
2.      Dermawan dan bersegera dalam kebaikan
Di dalam shahih Al Bukhari, Imam Al Bukhari rahimakumullah mengatakan :
“Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barangsiapa yang menggali (membeli) sumur rumah, maka baginya syurga.” Maka Utsman pun menggalinya (membelinya). Dan be;iau juga berkata, “Barangsiapa yang mempersiapkan (perbekalan) bagi pasukan ‘Usrah (yang mengalami kesusahan), maka baginya syurga.” Maka Utsman pun mempersiapkannya.
3.      Mendapatkan julukan Dzun Nurain
Beliau mendapat julukan Dzun Nurain, yaitu yang memiliki dua cahaya. Dua cahaya yang dimaksud adalah putri Nabi SAW. yaitu Ruqayah dan Ummu Kulsum ra. beliau meikah dengan putri Nabi SAW. yang bernama Ruqayah sebelum masa kenabian. Dari Ruqayyah, beliau dikaruniai putra yang bernama ‘Abdullah. Ruqayyah meninggal dunia dikarenakan sakit yang dialaminya. Beliau meninggal pada salah satu malam-malam peristiwa Perang Badar. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah SAW. menikahkan Utsman bin Affan dengan putrinya yang bernama Ummu Kulsum.
4.      Membaca Al-Quran seluruhnya dalam satu rakaat
Abdurrahman bin Utsman at-Taimi berkata, “Malam ini aku harus mendapatkan tempat tersebut. Maka aku pun bersegera kesana. Ketika aku sedang berdiri shalat, tiba-tiba seorang laki-laki meletakkan tangannya dipundaku. Aku melihatnya ternyata dia adalah Utsman bin Affan. Pada saat itu dia khalifah, maka aku minggir dari tempat berdiriku. Lalu Utsman berdiri, dan dia terus berdiri hingga dia menyelesaikan (baccan) al-quran dalam satu rakaat dan tidak lebih.
Ketika aku selesai, aku berkata padanya, “Wahai Amirul Mukminin! Engkau mengerjakan shalat hanya satu rakaat. Dia menjawab, benar, ia adalah shalat witirku, maksudnya, satu rakaat shalat witir.
Sulaiman bin Yasar berkata, “Utsman bin Affan berdiri shalat isya. Lalu dia membaca Al-Quran seluruhnya dalam satu rakaat. Dia tidak shalat sebelumnya dan sesudahnya Utsman bin Affan membaca AL-Quran dalam satu rakaat, kemudian dia mengerjakan shalat witir dengannya.
Dari Ibnuu Sirin, ia berkata, “Isteri Utsman bin Afan berkata ketika Utsman terbunuh, kalian telah membunuhnya, sesungguhnya dia benar-benar telah menghidupkan malamnya seluruhnya dengan Al-Quran dalam satu raka’at.
5.      Setiap hari jumat Utsman memerdekakan hamba sahaya
Kedermawanan Utsman bin Affan tidak hanya sebatas menyiapkan pasukan tabuk semata, atau sebatas menggali sumur rumah, lebih dari itu Utsman selalu senantiasa membantu setiap muslim yang berada dalam kesulitan, menolongnya, meringankan, bebannya, dan membantunya dalam kekurangan dan kemiskinan.
Utsman menetapkan perjanjian atas dirinya dan dia tidak menyelisihkannya selama hayatnya, yaitu bahwa dia akan memerdekakan seorang hamba sahaya setiap pekannya. Dia membeli seorang hamba sahaya dari majikannya dengan harga berapapun lalu dia memerdekakannya demi mendapat nikmat (melihat) wajah Rabb-Nya Yang Maha Tinggi.
6.      Utsman bin Affan malu kepada Allah sehingga para malaikat dan Nabi pun malu kepadanya
Dari Aisyah bahwa dia berkata, “Rasulullah sedang baring dirumahku. Beliau memberikan kedua pahanya atau kedua betisnya terbuka. Lalu Abu Bakar datang meminta izin, beliau memberikan izi sementara beliau dalam keadaan demikian, lalu beliau berbincang. Kemudian Utsman meminta izin, maka Rasulullah duduk dan merapikan pakaiannya, lalu Utsman masuk dan berbincang. Ketika dia keluar Aisyah berkata, ‘Abu Bakar masuk dan engkau tidak mengubah keadaanmu, engkau acuh saja. Kemudian Utsman datang, engkau duduk dan merapihkan pakaianmu. Nabi menjawab, “Apakah tidak pantas bagiku untuk malu kepada seorang laki-laki dimana para malaikat malu kepadanya.”
Al-Munawi berkata,  “Keistimewaan Utsman adalah rasa malunya. Rasa malu merupakan sifat yang lahir dari pengagungan kepada siapa yang dilihatnya dan dia memiliki kedudukan agung disertai kekurangan yang dirasakan seseorang pada dirinya. Sepertinya, pengagungan Utsman bin Affan kepada Allah mendominasi dirinya dan dia melihat diri kekurangan dan keterbatasan, keduanya termasuk sifat mulia hamba-hamba yang dekat kepada Allah sehingga kedudukan Utsman meningkat karena itu, selanjutnya makhluk yang khusus pun merasa malu kepadanya, sebagaimana orang yang mencintai Allah maka dia pun mencintai wali-wali-Nya dan orang yang takut kepada Allah maka segala sesuatu akan takut kepadanya.”
Nabi bersabda, “Utsman adalah umatku yang paling pemalu.”
7.      Kelembutan Utsman dan kasih sayangnya kepada rakyatnya
Diantara sifat-sifat mulia yang dimiliki Utsman adalah keramahannya, kelembutan hatinya, kebaikannya kepada rakyat, kasih sayangnya kepada mereka, serta perkembangan para pendusta dan pembohong atasnya, dan bahwa ia terbunuh dalam keadaan terzalimi.
Diantara bukti yang menampakkan kasih sayang Utsman kepada rakyatnya sangat jelas ialah apa yang diriwayatkan oleh Musa bin Thalhah, dia berkata “Aku mendengar Utsman bin Affan, yang berada diatas mimbar, sementara muadzin mengumandangkan iqamat dan Utsman bertanya kepada orang-orang tentang kabar mereka, harga-harga (barang dagangan) mereka, dan siapa yang sakit diantara mereka.
8.      Keadilan Utsman bin Affan
Ini adalah keteladanan mulia dalam keadilan dari Utsman bin Affan. Utsman yang pengasih, dimana kasih sayang menyebar dalam hidupnya sehingga menjadi lentera dalam setiap tindakannya. Suatu hari Utsman marah kepada seorang pembantunya lalu menjewer telinganya sampai ia merasa kesakitan. Tidak lama setelah itu Utsman memanggil pelayan tersebut dan memintanya dengan tegas agar dia melakukannya seehingga pelayan tersebut melakukannya. Utsman berkata, “Lebih keras lagi, wahai pelayanku! Karena qishash (balasan) dunia lebih ringan daripada qishash akhirat.

ALI BIN ABI THALIB

5.    Riwayat hidup, Akhlak Mulia Ali bin Abi Thalib
a.      Riwayat hidup Ali bin Abi Thalib
Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib Ibn Abdul Mutholib Ibn Hasyim Ibn Abdul Manaf. Beliau lahir pada tahun 21 sebelum Hijrah (603 M) atau delapan tahun sebelum Nabi SAW., diutus menjadi Rasul. Sewaktu lahir, ia diberi nama Haidarah oleh ibunya, kemudian diganti oleh ayahnya dengan Ali. Ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul, Ali termasuk yang pertama menyatakan imannya bersama Khadijah dan Zaid dalam umur yang relatif masih kecil, maka Ali termasuk kanak-kanak yang mula-mula beriman. Ali ketika berusia enam tahun diasuh dan dididik oleh Rasulullah sebagai balas jasa terhadap pamannya yang telah membesarkannya dan mempunyai banyak anak, terlebih ketika Mekah ditimpa kelaparan. Ali menjadi anak yang tangguh, perkasa, berbudi luhur, serta berkepribadian yang tinggi. Ali memiliki gelar karrama Allah (u) wajhahu,dikarenakan jiwa dan kepribadiannya yang tidak pernah dinodai pemujaan berhala kaum Arab Jahiliyah. Sejak kecil pula Ali telah terbiasa bergaul dengan para tokoh di masa itu, tidak berlebihan bila kelak Ali menunjukkan kepahlawanan yang menonjol. Kesetiaan dan kecintaan Ali  kepada Rasulullah telah di buktikan sejak mudanya. Pada malam Rasul hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar, Ali tidur di tempat tidur Rasulullah untuk mengetahui orang-orang Quraisy yang mengepung rumah Rasul hendak membunuhnya.
Ali termasuk salah seorang dari tiga tokoh (Abu Bakar dan Umar) yang telah mengambil pengetahuan, budi pekerti, dan kebersihan jiwa Rasulullah. Beliau terkenal dengan kecerdasannya dan menguasai banyak masalah keagamaan secara mendalam, hadits yang diriwayatkan pun banyak Nabi menggambarkannya sebagaimana sabdanya, “Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali pintu gerbangnya. Keberanian Ali pun masyhur di seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, beliau senantiasa berada di front depan dan dipercaya Nabi sebagai pemegang panji-panji perang. Kecuali pada perang Tabuk, Ali ditugaskan Rasul untuk menjaga kota Madinah, itupun beliau kecewa dan kalau boleh memilih ia akan ikut berperang. Sifat pemberani (saja’ah) dan keperkasaannya tercatat dalam sejarah Islam. Untuk keberaniannya itu, ia mendapat gelar The Lion of God (Asadullah) atau The Lion Hearted. Selain terkenal dengan keberaniannya, ia terkenal pula sebagai dermawan, berbudi luhur, sederhana, terbuka, terus terang, tulus hati, dan lapang dada. Namun, kesederhanaan, keterusterangan, dan kelapangdadaannya dipergunakan oleh musuh-al-Kuimiah, janda Abu Bakar Ash Shiddiq, melahirkan Yahya dan Muhammad, sifat Ali tersebut mempengaruhinya dalam menetapkan kebijaksanaan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam pemerintahannya. Kadang-kadang sikap tersebut tidak bisa diterima oleh sebagian pengikutnya sehingga menyulut pemberontakan yang berakhir dengan mengenaskan, terpental dari kekuasaan bahkan dengan cara yang lebih buruk dari Utsman.
Selama hidupnya, Ali menikah dengan 9 wanita dan mempunyai 19 orang putra-putri. 1) Ali menikah dengah Fatimah Putri Rasulullah, mempunyai dua putra dan dua putri yaitu Hasan, Husen, Zainab, dan Ummu Kulsum. Setelah Fatimah wafat, Ali menikah berturut-turut dengan: 2) Ummu Bamimbinti Huzam dari Bani Amir Ibn Kilab, melahirkan empat putra yaitu Abbas, Ja’far, Abdullah, dan Utsman, 3) Laila binti Mas’ud at-Tamimiah, melahirkan dua putra yaitu Abdullah dan Abu Bakar, 4) Asma binti Umair al-Kuimiah, janda Abu Bakar Ash Shiddiq, melahirkan Yahya dan Muhammad, 5) As-Sahba binti Rabi’ah dari Bani Jasym Ibn Bakar, janda dari Bani Taglab, melahirkan Umar dan Ruqayyah, 6) Umamah binti Abi Ass Ibn ar-Rabb, putri Zaenab binti Rasulullah, melahirkan Muhammad, 7) Khanlah binti Ja’far (al-Hanafiah), 8) Ummu Sa’id binti Urwah Ibn Mas’ud melahirkan Ummu al-Husain dan Ramlah, 9) Mahyah binti Imri’ al-Qais al-Kalbiah melahirkan Jariah.
Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semuus pengukuhan tiga orang khalifah sebelumnya. Ali dibai’at di tengah-tengah suasana berkabung atas meninggalnya Utsman, pertentagan dan kekacauan, serta kebingungan umat Islam Madinah. Sebab, kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali supaya bersedia dibai’at menjadi khalifah. Setelh Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat senior satu per satu yang ada di kota Madinah, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Umar bin Khaththab agar bersedia menjadi khalifah, namun mereka menolak. Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun kaum Anshar dan Muhajirin lebih menginginkan Ali menjadi khalifah. Ia didatangi beberapa kali oleh kelomppok-kelompok tersebut agar bersedia dibai’at menjadi khalifah. Namun, Ali menolak. Sebab, ia menghendaki agar urusan itu diselesaikan melalui musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior terkemuka. Akan tetapi, setelah massa rakyat mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera mempunyai pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhinya Ali bersedia dibai’at menjadi khalifah.
Ia dibai’at oleh  mayoritas rakyat dan Muhajirin dan Anshar serta para tokoh sahabat, seperti Thalhah dan Zubair, tetapi ada beberapa orang sahabat senior, seperti Abdullah bin Umar bin Khaththab, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqas, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Salam yang waktu itu berada di Madinah tidak mau ikut membai’at Ali. Ibn Umar dan Saad misalnya bersedia berbai’at kalau seluruh rakyat sudah berbai’at. Mengenai Thalhah dan Zubair diriwayatkan, mereka berbai’at secara terpaksa. Riwayat lain menyatakan mereka bersedia membai’at jika nanti mereka diangkat menjadi gubernur di Kufah dan Bashrah. Akan tetapi, riwayat lain menyatakan bahwa Thalhah dan Zubair bersama kaum Anshar dan Muhajirinlah yang meminta kepada Ali agar bersedia dibai’at menjadi khalifah. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain, kecuali memilih Ali.
Dengan demikian, Ali tidak dibai’at oleh kaum muslimin secara aklamasi karena banyak sahabat senior ketika itu tidak berada di kota Madinah, mereka tersebar di wilayah-wilayah taklukn baru; dan wilayah Islam sudah meluas ke luar kota Madinah sehingga umat Islam tidak hanya berada di tanah Hijaz  (Mekah, Madinah, dan Thaif), tetapi sudah tersebar di Jazirah Arab dan di luarnya. Salah seorang tokoh yang menolak untuk membai’at Ali dan menunjukkan sikap konfrontatif adalah Muawiyah bin Abu Sufyan, keluarga Utsman dan Gubernur Syam. Alasan yang dikemukakan karena menurutnya Ali bertanggung jawab atas terbunuhnya Utsman.
Setelah Ali bin Abi Thalib dibai’at menjadi khalifah di Masjid Nabawi, ia menyampaikan pidato penerimaan jabatannya sebagai berikut.
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan kitab suci Al-Quran sebagai petunjuk yang menerangkan yang baik dan yang buruk maka hendaklah kamu ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk. Kewajiban-kewajiban yang kamu tunaikan kepada Allah akan membawa kamu ke surga. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan apa yang haram, dan memuliakan kehormatan seorang muslim, berarti memuliakan kehormatan seluruhnya, dan memuliakan keikhlasan dan tauhid orang-orang muslim. Hendaklah setiap muslim menyelamatkan manusia dengan kebenaran lisan dan tangannya. Tidak boleh menyakiti seorang muslim, kecuali ada yang membolehkannya. Segeralahkamu melaksanakan urusan kepentingan umum. Sesungguhnya (urusan) manusia menanti di depan kamu dan orang yang di belakang kamu sekarang bisa membatasi, meringankan (urusan) kamu. Bertakwalah kepada Allah sebagai hamba Allah kepada hamba-hamba-Nya dan negeri-Nya. Sesungguhnya kamu bertanggung jawab (dalam segala urusan) termasuk urusan tanah dan binatang (lingkungan). Dan taatlah kepada Allah dan jangan kamu mendurhakainya. Apabila kamu melihat yang baik, ambillah dan jika kamu melihat yang buruk tinggalkanlah. Dan ingatlah ketika kamu berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi.” “Wahai manusia, kamu telah membai’at saya sebagaimana yang kamu telah lakukan terhadap khalifah-khalifah yang dulu daripada saya. Saya hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan. Akan tetapi, jika pilihan telah jatuh, penolakan tidak boleh lagi. Imam harus kuat, teguh, dan rakyat harus tunduk dan patuh. Bai’at terhadap diri saya ini adalah bai’at yang merata dan umum. Barang siapa yang mungkir darinya, terpisahlah dia dari agama Islam.
b.      Akhlak mulia Ali bin Abi Thalib
Ali di kenal sebagai sahabat Nabi yang sangat menghargai ilmu, menghormati orang yang telah memberinya ilmu, dan beliau di kenal oleh kecerdasannya. Selain itu keutamaan seorang Ali yaitu:
1.      Sangat dekat dengan Nabi SAW.
Selain sebagai sahabat dan sepupu Nabi, Ali juga merupakan menantu dari Rasulullah, sebab beliau menikahi putri Rasulullah yaitu Fatimah Azahra. Yang menjadikan ikatan Rasulullah dengan Ali semakin dekat.
Dalam satu riwayat telah di jelaskan bahwa Nabi SAW berkata kepada Ali bin Abi Thalib :
“Engkau adalah (bagian) dariku dan aku (bagian) darimu.”
Dan pula Umar berkata :
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan meridhainya (Ali).” (HR. Al-Bukhari, Bab Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib)
2.      Dipercaya sebagai pemegang bendera perang oleh Rasulullah SAW.
Setelah perjanjian Hudaibiyah yang memuat pejanjian perdamaian kaum muslim dengan Yahudi, yang di kemudian hari Yahudi menghianatinya sehingga pecahnya perang melawan Yahudi di benteng Khaibar yang sangat kokoh. Saat pra sahabat  tidak mampu membuka benteng, Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Sungguh aku akan berikan panji bendera besok pagi kepada seorang laki-laki yang Allah berikan kemenangan berada di tangannya.” Kemudian semua orang bertanya-tanya kepada siapa bendera tersebut akan diberikan. Dan keesokan harinya, semua orang mendatangi Rasulullah SAW., masing-masing berharap bendera itu kepada mereka. Kemudian Rasulullah SAW. bertanya, “Di mana ‘Ali bin Abi Thalib ?” mereka menjawab , “Ia sedang sakit matanya.” Rasulullah SAW bersabda, “Datangilah ia dan bawalah dia kemari.” Ketika Ali datang, beliau meludahi matanya, kemudian mendoakannya. Lalu sembuh total seolah-olah tidak ada sakit sebelumnya. Dan bendera itu diserahkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari, No. 3498 dan Muslim, No. 2406)
Maka Ali yang mendapat kehormatan tersebut dan berhasil merobohkan benteng tersebuut.
3.      Mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Nabi SAW.
Kedudukan sahabat Ali bin Abi Thalib sangatlah istimewa bagi Rasulullah SAW. sampai-sampai ia disetarakan seperti kedudukan Nabi Harun bagi Nabi Musa. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra., dari Nabi SAW., sesungguhnya beliau berkata kepada Ali :
“Apakah kamu tidak ridha bahwa engkau denganku seperti kedudukan (Nabi) Harun dan (Nabi) Musa ?” (HR. Al-Bukhari, No. 3706 dan Muslim, No. 2404).
4.      Salah satu sahabat yang dijamin masuk syurga
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf ra. berkata bahwasannya beliau mendengar Rasulullah SAW. bersabda yang artinya :
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga....” (HR At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir.)
5.      Pemimpin yang dekat dengan rakyat kecil
Beliau sosok pemimpin sederhana dan dekat dengan rakyat kecil. kedudukannya sebagai khalifah tidak menghalanginya untuk berbaur dengan masyarakat. Pernah suatu ketidakkisahkan, beliau memasuki sebuah pasar, dengan mengenakan pakaian setengah betis sembari menyampirkan selendang. Beliau mengingatkan para pedagang supaya bertakwa kepada Allah dan jujur dalam bertransaksi. Beliau menasihatkan, “Adilah dalam hal takaran dan timbangan.” (siyara ‘laamannubala’28: 235).
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa suatu hari beliau masuk pasar sendirian, padahal posisi beliau seorang khalifah. Beliau menunjuki jaln orang yang tersesat di pasar dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertologan. Sembari  menyambangi para pedagang, beliau mengingatkan mereka akan firman Allah SWT yang atinya :
“Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang brtakwa.” (Al Qashas : 83).
Indahnya seorang pemimpin menyambangi rakyat kecil, lalu mengingatkan mereka tentang akhirat. Karena kesejahteraan suatu negeri tak hanya berporos pada hal-hal duniawi saja. Namun, hubungan rakyat dengan sang khalifah adalah faktor utama kesejahteraan suatu bangsa. Dharar bin Dumrah menceritakan saat diminta sahabat Muawiyah ra.untuk bercerita di hadappan beliau tentang  kepribadian sahabat Ali bin Abi Thaliib ra.
6.      Beliau adil terhadap orang-orang kafir
Saat menjadi kahalifah, keadilan benar-benar tersebar. Bahkan hanya kaum muslimin yang merasakan, orang-orang non muslim juga merasakan keadilan tersebut.
Pada saat Ali berada di Sifin, baju besi beliau diambil orang. Ternyata baju besi itu dibawa oleh seorang Nasrani. Lalu Ali mengajaknya mendatangi seorang hakim untuk memustuskan kepemilikan baju besi tersebut. Hakim tersebut adalah utusan Ali untuk bertugas di saerah tersebut. Namanya Syuraih. Di hadapan sang hakim, orang Nasrani tetap tidak mengaku kalau baju besi itu milik Ali.
“Baju besi ini milikku, Amirul Mukmin sedang berdusta.”
Lalu Syuraih bertanya kepada Ali ra. “Apakah anda memiliki bukti ya Amirul Mukminin ?.”
Ali pun tertawa senang, melihat sikap objektif yang dilakukan hakim. “Kamu benar Syuraih. Saya tidak ada bukti.” Kata khalifah Ali ra.
Akhirnya hakim memutuskan baju besi tersebut milik orang Nasrani. Sidang pun usai. Setelah berjalan beberapa langkah. Si Nasrani berkata kepada Ali ra. “Aku menyaksikan bahwa hukum yang ditegakkan ini adalah hukumnya para Nabi. Seorang Amirul Mukminin (penguasa kaum mukmin). Membawaku ke hakim utusannya. Lalu hakim tersebut menangkapku! Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan saya beraksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dan baju besi ini sejujurmya milik anda Amirul Mukminin.” Lalu Ali menghibahkan baju tersebut untuknya.